Iklan

Lumpuhkan Ingatanku

---@<3<3@---

“Jangan sembunyi.. Ku mohon padamu jangan sembunyi... Sembunyi dari apa yang terjadi.. Tak seharusnya hatimu kau kunci...”

---@<3<3@---


Banyak yang melarikan diri dari semua kenyataan hidup, yang kadang pahit kadang manis. Berbicara tentang semua permasalahan dalam kehidupan memang tak ada habisnya.. terasa pait teh manis ini. Hambar saat semuanya menumpuk menjadi satu di saat yang bersamaan untuk diuraikan satu per satu benang kisut ini.

Masih aku duduk sendiri di teras rumah saat hujan dan petir menggelegar dengan pakaian yang basah kuyub tertimpa cipratan air hujan selepas pulang sekolah. Sunyi malam ini terasa berbarengan dengan padamnya listrik di kota semarang. Bapak ibu serta adikku belum pulang kerumah menambah pekatnya malam ini.

Lumpuhkanlah Ingatanku kata Momo Geisha mengusir kesepianku yang masih tertegun memandang kilatan petir yang memperlihatkan taring amarahnya. Ingin banget aku melepaskan topeng ini. Topeng kepalsuan yang layaknya dialami manusia kebanyakan. Kali ini layaknya aku yang biasanya bisa tersenyum di keadaan yang sulit, sekarang aku rapuh yang sebenarnya rapuh.

Lagu ini mengingatkan aku tentang semua masa lalu yang mengiris-iris hati dan perasaanku. Sungguh tak enak rasanya hati bila disakiti. Mungkin juga banyak Loyalis yang mengalaminya. Ada yang bersembunyi dengan berbagai hal yang buruk. Bagi yang pernah nyantri di pondok pesantren, kebanyakan yah pelariannya potong gundul, ngopi dengan dosis orang yang meminumnya langsung mutah-mutah saking kentelnya tuh kopi. Ngrokok gak dua pack semalem habis. Gak mikirin kalo duit udah nipis buat makan besok, gak jadi soal untuk bersembunyi dan berusaha mengunci hati. Loyalis ini biasanya yang terjadi dengan santri laki-laki.


 
Yang lagi sekolah atau yang lagi diperantauan juga sama. Saat sembunyi yah dengan berbagai kepenatan tentang hidup, pergi ke club malam, maen bilyard, judi sampai-sampai minum-minuman keras agar bisa sembunyi dengan riang tawa kepalsuannya.

Namun setelah mereka sadar dan kembali memgang kendali tubuhnya pastinya dia akan selalu merasakan hal itu lagi, permasalahan lagi, tentang sidia lagi. Pelarian itu lagi agar ketenangan yang didambakan muncul kembali, tanpa memikirkan cara yang lebih ampuh mengusir kegundahannya dengan cara yang baik.

Headphone tak berbunyi, biasanya selalu berbunyi entah aku juga merasakan malas yang sangat untuk menyapa teman. Capek pikiran ini melihat badai kecil dihadapanku sama seperti kecamuk dalam hati ini yang ingin rasanya bersembunyi, mengunci hati dengan membenturkan kepala ini ketembok kecil dihadapanku.

Kesendirian ini membuatku sungguh merasa sendiri. Merasakan betapa kejamnya hidup ini. Gak ada yang baik untuk hidup ini. Perasaan terus menyalahkan hidup bertarung antara logika baik dan buruk.

Terpikirkan untuk lari dan enggan memikirkan ini semua dengan senyum palsuku dan menulis status yang merupakan topeng kegemberiaanku atas semua ini. Efek dari virus yang bercampur dengan faksin membuat badan ini entah tiada rasa. Hanya memandangi rintik hujan yang terus saja membasahi bumi dengan derasnya dan sapuan angin kencang ini membawaku melayang-layang tanpa tau aku harus bagaimana dan kemana kaki ini melangkah. Aku tak ingi sembunyi seperti orang-orang itu. Orang yang senang dengan topeng yang tidak menunjukkan dirinya sendiri...


---@<3<3@---

“Bertanya... Cobalah bertanya pada pada semua.. Disini kucoba untuk bertahan.. Ungkapkan semua yang ku rasakan....”

---@<3<3@---



Kenapa ya,, setiap kita membicarakan sesuatu yang sekiranya itu baik dan untuk kebaikan selalu saja ada yang pro dan kontra. Tak memahami bahasa, tak melihat secara nyata apa yang melandasi itu semua. Berdasarkan darimana sumber landasan itu dan masuk gak dengan keadaan realistis yang terjadi? Selalu dan selalu aku merasakan seperti ini. Aku merasa ada yang aneh saat aku membicarakan ini dan berbicara pada yang lain. Apa lagi ini TENTANG BAHASA PERASAAN.



Aku masih disini, tanpa secangkir kopi tanpa sebatang rokok. Ingin bertanya pada keadaan ini mengapa manusia harus diberi uji? Mengapa manusia harus diberikan rasa tak enak? Mengapa manusia harus memiliki perasaan seperti ini?

Tak tahu, apakah yang aku pikirkan juga memikirkan hal ini? Apakah semua juga memiliki perasaan yang sama untuk sekedar menghargai hati dan menghargai nuraninya sendiri. Banyak getaran yang aku rasa berbeda saat aku berbincang dengan dia yang mempunyai hati, dia yang memiliki nurani. Apakah ada hal yang mengharuskannya tak selaras antara hati dan tindakannya?

Kenapa harus nyaman dengan persembunyian itu yang menjauhkan nurani pada setiap ucapan. Bila kamu pun merasa manusia banyakan rasamu daripada egomu. Dengarkan sedikit saja bisikan itu, desiran lembut itu yang membawa semua manusia ke tempat yang tenang, indah yang selama ini dicarinya.

Aku sedang meraba hatiku sendiri. Aku memang salah, terlalu lebay kata orang-orang. Hakikinya perasaan ini juga enggan aku mengurusi semuanya, mengatasi diri sendiri saja masih dengan kaki yang pincang apa lagi memikirkan hal yang belum pasti dan orang yang aku hadapi selalu saja acuhkan aku.

---@<3<3@---

“Kau acuhkan aku.. Kau diamkan aku.. Kau Tinggalkan aku...”

---@<3<3@---



Kepentingan dan juga impian kadang tak sama yang membuat semua orang melupakan arti mencintai. Kegagalan dalam hidup memang berat, kita kadang di jebak dalam pemikiran yang fatamorgana. Mencintai tak harus dicintai. Namun, hati kecil juga meronta kenapa dia gak ngerti juga, kenapa dia tak menghargai perasaan ini? Kenapa dia tak mau mengerti sedikit saja kenapa harus seperti ini.

Memang tanpa menyalahkan siapapun dan keadaan apapun, ini semua tentang nilai yang objektif disaat kita memberi pastinya kita mengharap menerima. Ini yang aku harus luruskan dalam diri, kenapa harus aku sendiri ditempat ini, kenapa semua kenangan ini muncul begitu saja, padahal aku ingin melupakan semuanya, aku ingin berdamai, dan yang terpenting bagiku kebahagian orang yang aku cintai, walaupun harga diri menjadi konsekwensi pasti akan terinjak-injak begitu saja

Ketulusan memang gila, cinta memang sejatinya tanpa mengharapkan timbal balik, tapi kenapa tak mengerti juga? Ingin aku sembunyi dibalik pekatnya malam dengan badai kecil dihadapnku, aku melihat bayangan masalaluku yang kelam, berkelahi melawan kegetiran ini sendiri, tanpa memikirkan apapun. Aku ingin lari dan aku ingin sembunyi. Selalu saja desiran lembut itu menyapaku dengan mesra, “Apakah kamu tega menghancurkan kebahagiannya yang menemukan sejatinya perasaan indah dan nyaman dari apa yang kamu beri tanpa dia tahu bahwa itu selua karena Tuhan telah memberikannya dia tahu lewat apa yang kamu perbuat, dan menyembunyikan namamu agar dia tak tahu lantaran siapa dia tahu.”


---@<3<3@---

“Lumpuhkanlah Ingatanku Hapuskan tentang dia.. Ku inginku lupakannya...”

---@<3<3@---



Ingin aku amnesia bila melihat cerminan badai dihadapanku. Ingin minta tolong pada Tuhan bagaimana caranya aku mampu lari dan menghapukan memori yang kelam ini. Masih termenung sendiri tanpa ada yang menemani. Bapak Ibu dan adikku belum pulang. Di proses aku nggragapi ati ini aku berharap semua mengerti tentang nurani dan lepaskan topeng yang akan menyiksamu terus- menerus.



Aku harus sadar... Aku harus mengingat sejarah untuk pembelajaran dan pijakanku hari ini. Tanpa mengacuhkan siapapun, tanpa menyalahkan siapapun. Dan aku memang mau tak mau harus terus berjalan. semua beban ini, semua langkahku ini untuk kehidupanku besok yang lebih baik. aku ingin melupakan hal yang menyiksaku ini dengan menggunakan amarah ini untuk kebaikanku dan semua orang yang aku cintai, walaupun dia tak mengetahui ini semua. Tak mengetahui betapa sakitnya menggampangkan perkara. sejkarang akan lupa sementara tapi suatu saat pastinya akan kamu rasakan juga efek dari semua ini. lepaskan topengmu. Hapuskan kebencian ini dari dalam diri, aku ingin melupakannya (kebencian). Aku ingin cinta dan ketelusan yang kau renggun diwaktu ini


Tersudut diruang sepi ini.diringi alunan alam yang berkecamuk
LihatTutupKomentar

Iklan