Iklan

Design Kota Ala Belanda



Apa yang terpikir dalam benak Loyalis ketika mendengar nama Negara Belanda tersebut?. Ya, “Belanda”, Negara Kincir Angin yang pernah menjajah Indonesia selama tiga setengah abad lamanya ini adalah Negara dengan sistem pengelolaan air terbaik di dunia. Banyak bangsa yang memiliki inovasi luar biasa dalam penataan kota, namun tidak banyak Negara yang berhasil dalam meingintegrasikan tata ruang dan tata air dengan harmoni seperti Belanda.

Belanda telah banyak memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sistem air di dunia termasuk di Indonesia. Kotabaru atau dulu disebut Nieuwe Wijk merupakan sebuah kawasan di tengah kota Yogyakarta yang pada mulanya adalah permukiman warga Belanda. Dibangun pada tahun 1920. Nieuwe Wijk adalah sebuah produk perencanaan kota yang matang. Mulai dari desain kawasan dengan pola radial yang sangat rapi; bangunan-bangunan kuno dengan arsitektur indies, landscap cantik dengan kehadiran boulevard, taman dan pepohonan yang rindang sepanjang  jalan, hingga infrastruktur yang tentu saja direncanakan dengan amat cermat. Belanda memang pakar dalam perencanaan infrastruktur kota.

Nieuwe Wijk adalah sebuah permukiman yang sehat. Saluran air bawah tanah (assainering) untuk mengelola limbah rumah tangga dibangun untuk mencegah pencemaran lingkungan, sementara itu sistem drainase bekerja dengan baik ketika hujan deras mengguyur kota. Air larian digelontorkan dengan lancar melalui selokan-selokan yang dirancang menyesuaikan kontur kawasan. Dari selokan-selokan kecil, air dialirkan ke selokan-selokan yang lebih besar dan pada akhirnya bermuara di pembuangan akhir Sungai Code. Berkat sistem drainase tersebut, hujan lebat yang melanda nyaris tak pernah menyisakan genangan di jalanan, apalagi luapan banjir yang mengganggu aktivitas warga.

Tidak hanya itu, Perhatian Belanda dalam urusan tata air ini juga dicurahkan pada perencanaan pembangunan  Batavia-istilah bagi Jakarta tempo dulu. Sejarahnya, Batavia di tahun 1918 pernah dilanda banjir besar yang memakan banyak korban jiwa. Oleh Departement Waterstaat kala itu, seorang ahli hidrologi Belanda bernama Van Breen ditunjuk untuk menyusun rencana pencegahan banjir secara terpadu. Konsep dari rencana tata air yang dibuat oleh Van Breen secara prinsip terinspirasi oleh pengalaman dalam mengendalikan banjir kota-kota di negeri Belanda yang secara geomorfologis kondisinya mirip dengan Batavia yaitu sama-sama berada di bawah permukaan air laut.

Van Breen mengusulkan pengendalian aliran air dari hulu sungai dan membatasi volume air masuk ke wilayah Batavia. Konsep Van Breen tersebut menjadi pedoman bagi upaya pencegahan banjir di masa-masa selanjutnya. Kini, kita pun mengenal Banjir Kanal Barat dan Timur serta polder-polder yang dibangun sebagai bagian yang terintegrasi untuk mengendalikan banjir Batavia. Konsep fundamental tersebut masih sangat relevan hingga saat ini. Fakta tersebut menunjukkan betapa majunya pola pikir para insinyur Belanda di masa lalu dalam rangka menyelamatkan Batavia dari banjir. Namun, tingginya tingkat urbanisasi  di wilayah Jabodetabek dan parahnya pengrusakan lingkungan di daerah hulu membuat upaya pengendalian banjir menjadi belum maksimal saat ini.

Selain di Indonesia, juga tercatat bahwa ketika Badai Katrina melanda New Orleans dan menimbulkan banjir besar, pakar hidrologi Belanda pulalah yang diundang oleh pemerintah AS untuk membenahi sistem drainase disana.


Belanda adala daratan yang berasal dari tumpukan pasir yang terbawa aliran sungai-sungai di pedalaman Eropa yang akhinya menagalami sendimentasi. Endapan pasir selama ribuan tahun menjelma menjadi dataran Nederlanden—sebutan bagi Belanda yang bermakna negeri di dataran rendah—di sekeliling delta Sungai Rhine, Scheldt dan Meuse. Selain itu, secara tidak langsung air juga berkontribusi dalam perkembangan ekonomi Belanda. Berbagai komoditas dari penjuru Eropa dapat diangkut melalui pelayaran pedalaman baik melalui kanal maupun sungai menuju pelabuhan Rotterdam, sehingga menjadikan Belanda sebagai salah satu simpul dagang utama di dunia.



Belanda menerapkan sistem reklamasi lahan melalui sistem polder yang kompleks untuk mempertahankan wilayah Belanda dari ancaman banjir dan air pasang. Polder merupakan sistem tata air tertutup dengan elemen meliputi tanggul, pompa, saluran air, kolam retensi, pengaturan lansekap lahan, dan instalasi air kotor terpisah. Sistem polder mula-mula dikembangkan Belanda pada abad ke-11 dengan adanya dewan yang bertugas untuk menjaga level ketinggian air dan untuk melindungi daerah dari banjir (waterschappen). Kemudian sistem polder ini disempurnakan dengan penggunaan kincir angin pada abad ke-13 untuk memompa air keluar dari daerah yang berada di bawah permukaan air laut. Dengan semakin banyaknya pembangunan sistem hidrolik inovatif di negeri Van Oranje tersebut, polder dan kincir angin akhirnya menjadi identik dengan Negeri Belanda.

Belanda sebagai negara yang tak pernah berhenti berupaya melahirkan inovasi. Perjuangan melawan banjir telah dilakukan Belanda hampir selama satu milenium. Lebih dari seratus bencana banjir pernah menyerang Belanda dalam kurun waktu tersebut. Salah satu bencana banjir yang paling memakan banyak korban adalah yang terjadi pada tahun 1953. Sebagai reaksi preventif, Pemerintah Belanda membuat Proyek Delta (Delta Works/ Deltawerken), yaitu pembangunan infrastruktur polder strategis untuk menguatkan pertahanan terhadap bencana banjir. Secara konsep, Proyek Delta ini akan mengurangi resiko banjir di South Holland dan Zeeland untuk sekali per 10.000 tahun. Meskipun Proyek Delta telah selesai tahun 1997, masih ada ancaman kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim yang mendorong Belanda untuk terus-menerus menyempurnakan sistem poldernya. Ini adalah perjuangan berat jangka panjang bangsa Belanda dalam menaklukan air.

Kembali kepada masalah banjir, yang belakangan ini sering terjadi di kota ini, bahkan juga hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Maka hal yang bijak kiranya jika kita mulai belajar sistem drainase kepada sang suhu “Belanda”. Di Indonesia sendiri, telah ada beberapa perusahaan yang memanfaatkan jasa konsultan Belanda untuk urusan drainasenya. Sebagai contoh ialah Summarecon Group, perusahaan yang bergerak dalam bidang property dan kawasan hunian telah bekerjasama dengan konsultan belanda untuk menjamin kawasan huniannya bebas banjir.

Selayaknya kita bisa belajar tentang tatanan kota yang bisa kita ambil hikmah dari negri yang berabad-abad menjajah kita.


keep smile Loyalis

^_^
LihatTutupKomentar

Iklan