Iklan

NADA INI SEDERHANA

Nada Ini Sederhana merupakan bagian kisah masalalu yang sayang juga untuk dilewatkan. Ternyata dulu aku bisa juga ya jadi penyair jalanan. wkkkk...


DI BALIK NADA ini sederhana MINOR



Entahlah apa yang aku pikirkan, ketika aku mencoba menghubunginya lagi. Malam ini di desaku sedang sangat genting karena banyak pencuri yang berkeliaran dan banyak yang menjadi korban pencurian, termasuk satu tetangga dari nada.

sekedar berbasa-basi aku bertanya melalui SMS singkat "nada, apakah kamu tau kronologi pencurian di tetanggamu itu?"

dia hanya menjawab singkat "ga' tau"..

sedih rasanya ketika dia diijinkan untuk libur panjang dari pondoknya, dan dibolehkan pula membawa alat komunikasi Handphone selama dirumah, aku seperti ada tembok besar yang menhalangi untuk aku sekedar menyapa.

dalam kalut ini sebenarnya meratap, aku yang hina ini apakah masih pantas mengharap cinta dari seorang Nada yang dari keturunan yang islami, ilmu agamanya yang aku kalah jauh. walaupun secara kepribadian akuntau hitam putihnya dia selama tiga tahun ini ini.

saat ini aku tergoncang badai atas kepergiasn pamanku. abdul haris. amanat yang dia waqsiatkan kepadaku begitu berat, diusiaku yang masih belia ini.

jujur saat aku menulis ini begitu kacau. bingung mau menulis apa? bingung mau apa?

demi massa, aku ingin bernyanyi bersamamu Nada, mungkin setelah ini, setelah kau dan aku menyelesaikan tugas dan amant masing-masing. kamu dengan hmenghafal Al Qur'an yang tentunya juga berat. aku dengan segudang pekerjaan rumah ini akan ku hadapi ku lewati dengan ikhlas atas rahmat, ridho, serta hidayahNya.

nada ini sederhana nyanyian dikala gundah


AWAL JUMPA




tiga tahun yang lalu, aku mengenal nada dari seseorang yang membawaku ketitik balik hitamku didunia pengamnen. Dulu hidupku hambar karena kekosongan iman akan daya tangkap dan pola fikir yang bmasih sangat egosentris tanpa dasar syari'at yang jelas.

ketika pertama kali aku jumpa nada, khasnya orang desa, pastinya setiap sore dia menyapu halaman rumahnya yang masih luas walaupun setengah halamannya dibuat toko sembako yang berdiri sudah lumayan lama.

aku terperanjat kaget, saat sore itu aku maen kerumahnya untuk menemui kakaknya dzikron. entah apa yang dipikiranku saat itu. yang tadinya hanya ingin bicara tentang mendak bu nyai di rembang ma dzikron malah lupa apa yang mau disamnpaikan.

kesan pertama kali aku melihatnya dia pendiam sore itu, dia menyapu dengan sapu lidinya terlihat lues dan anggun. rambut yang rada ikal se punggung, selaras dengan diam, aku mematikan motorku sedikit kaget dia berhenti sejenak menyapu halamannya.

"ada apa mas?" tanya dia spontan
"dzikronnya ada mbak?"
"ada, sebentar mas" jawab dia sambil memutar arah ke dalam rumah dan memanggilkan kakaknya.

terhenti sejenak langkahnya ketika dia sampai kdidepan rumahnya sambil tersenyum dia menoleh ke arahku
"silahgkan masuk kedalam mas, tak panggilkan mas dzik" sambil mempersilahkan tangannya mengarahkan aku kedalam rumahnya.

"nggeh, mbak" jawabku santai

sambil aku memparkirkan motorku, aku beranjak ke dalam rumah dan aku mduduk dinruang tamu yang bersih terawat, walaupun dari rumah kayu joglo jawa jaman dulu tapi ubinnya udah dipugar dipasang kramik. dengan menyender di dinding kayu aku menghadap ke timur, dia terengah dari dalam.

"sabar nggeh mas, mas dzik lagi ganti pakaian." sambil tersenyum dia memberitahuku.
"nggeh mbak, gak papa kok tak tunggu disini, mbak kalo mau melanjutkan, silahkan" jawabku

"nggeh mas, ditunggu sebentar ya mas" dengan suara ramahnya, intonasi yang menggetarkan hatiku seketika.

sambil memandang nada dari dalam rumahnya yang tersekat oleh kaca transparan, memudahkanku melihatnya lebih jelas. dalam hatiku menggumam, kenapa ndzikron gak pernah cerita kalau punya adik yang secantik ini.
hmmm..

berdebar memang tapi konsentrasiku melihat nada yang sedang menyapu dengan kedatangan dzikron yang mengagetkanku.

"piye bro? ada kabar apa" sapa dzikron mengagetkanku.

"iya bro, ini lho minggu depankan khol bu nyai di rembang, lha ini rencana anak-anak maukesana, mau ikut ga?" tanyaku dengan menyembunyikan rasa kagetku.
"iyo, kapan?" tanyanya dengan logat jawa yang kental.
"minggu depan bro hari sabtu"
"okelah, tapi aku mbonceng lho" pinta dzikron/.
"iya, anak-anak banyak yang sendiri kok. wis ya, aku tak langsung pamit pulang" sambilberdiri aku mengulurkan tangan untuk pamit.
"iyo- iyo, jo lali aku diampiri suk nek mangkat" dzikron menjabat tanganku dan berjalan keluar rumahnya bersamaku.
tuk
nada masih di depan rumahnya, aku juga pamit dan mencobamnyapanya dengan halus
"monggo mbak, aku pamit dulu" sapaku
"iya mas monggo" jawab nada kaget dengan senyum manisnya menoleh kearahku. walaupun dengan sedikit kringat di keningnya, tampak seperti calon istri yang sholekhah.hehe...

sambil aku menghidupkan motor, aku pamit "monggo bro, mbak" pamitku pada nada dan dzikron.
"monggo ati-ati" jawab nada dan dzikron bersamaan layaknya paduan suara acapela. mungkin kalau ada event paduan suara aku ajak mereka berdua untuk konser tunggal.haha...
:D
LihatTutupKomentar

Iklan