Iklan

AKU DAN KAMU DALAM SAJADAH MERAH HATI



AKU DAN KAMU DALAM SAJADAH MERAH HATI







Semarang, Kamis Kliwon 16 Mei 2013 / 6 Rajab 1434 H

Dipagi yang cerah ini sesekali aku menelpon najikah untuk memberi suport mental dan juga mengenang masa indah yang terasa singkat berlalu begitu saja. Untuk menunggu waktu dzuhur tiba seperti biasa aku mngetik bahan untuk posting blog, karna menurutku blog mediaku untuk belajar menulis dan membaca secara benar dan memberiku wawasan yang sangat berarti untuk kehidupanku saat ini. Saat ini aku sedang menulis makalah tentang jalan menuju cahaya tarekat alawiyyah, titipan tugas dari ana temenku sewaktu SD dulu. Walaupun tanpa bayaran aku sudah merasa cukup berterimakasih, karna aku bisa belajar selain jurusanku di ekonomi manajemen. Kebetulan ana kuliah di IAIN WALISONGO Semarang jurusan hadits. Lumayan dah aku bisa nimbrung belajar hadists walaupun yah bayarannya hanya letih aku harus berkorban buatin tugas.

Dua hari ini aku tidur dirumah amenk, entah kenapa terasa sesak aja kalo harus dirumah, gak ada bapak atau ibu yang memperhatikan, semua pada sibuk sendiri. Beda kalo dirumah amenk masih ada ibunya, adik-adiknya yang tinggal begitu akrab dengan saudara kandungnya, apalagi ayahnya yang enak di ajak ngobrol dan bijak dalam bersikap.

Tak terasa waktu dzuhur pun tiba, setelah aku sholat dzuhur aku nongkrong di teras rumah amenk yang menghadap keselatan dan masih berubin pleter di terasnya walaupun yang bagian ruang tamu dan ruang keluarga sudah dikeramik. dan bangku kuno untuk sekedar melihat pemandangan luar. Asyik juga ditemani secangkir kopi yang mau habis sisa dari aku tadi pagi. Secangkir kopi yang aku letakkan di meja bundar yang terbuat dari ban mobil bekas, sederhana tapi memberi kesan unik dan nyaman. Sepoy-sepoy angin semilir menggoyangkan dedaunan nan rindang disekitar rumah amenk yang begitu sejuk walupun semarang terkenal dengan panas yang menyengat.

Aku menanti jikah yang aku berikan hanya patokan rumahnya amenk yang tak jauh dari rumahku. Dan dari arah timur terlihat kendaraan metic merah yang mengendarai wanita yang sedang kebingungan mencari arah. Dan semakin dia mendekati rumah amenk baru aku tau itu Njikah.

“woi,,,,,,!!!! sini.....” sahutku keras dengan lambaian tanganku sebagai tanda.

Terlihat senyum manisnya, dengan pakean yang sedikit membuatku kecewa karena dia pakai celana panjang, gak seperti biasanya dia memakai rok. Terlihat seperti bukan jikah dan entah kenapa memang sejak dulu aku paling malas liat wanita pakai celan panjang atau pendek, kesannya itu gimana gitu. Walaupun dulu juga aku sempat disindir orang kok pakainya celana sama kaos mulu, tapi alhamdulillah setelah di rembang dan sampai di titik balik aku sering memakai kemeja dan sarung sebagai pakaian utama, dan sekarang menjadi sebuah keajiban, kemana-mana pake sarung walupun untuk kuliah dan acara yang membutuhkan celana aku pakai celana juga. Dan lebih enak sarung pokoknya. Entah kenapa aku bisa seperti itu, berubah 180 derajat dari aku yang dulu benci banget ma sarung dan kemeja.

Dia memparkirkan motornya dan aku ajak ia masuk kedalam. Di kursi bersofa merah aku persilahkan dia untuk duduk disampingku tidak seperti hari selasa yang lalu aku liat sinar matanya agak sedikit cerah, lingkaran hitam dimatanya agak sedikit hilang walaupun masih kelihatan itu tertutupi make-upnya.
“lhah, kalau gini kan cantik.” Kataku sambil tersenyum.
“tapi kok pakai celana panjang,hmmmmmmmm.......” lanjutku
‘lagi pengen kang, kenapa kang?”
“ya kelihatan kurang gimanaa gitu...” jawabku

Banyak aku bercanda dan juga berinteraksi yang intinya disitu konsepku tidak ada pelukan apa lagi ciuman karena ini sudah yang terakhir aku tidak ingin membuatnya berubah pikiran dan berbuat hal yang tidak-tidak demi kebaikannya dan juga keluarganya.

Aku coba telpon amenk yang seharian pergi ma bedor teman amenk untuk periksa, kebetulan waktu itu bedor sedang terkena kecelakaan kerja. Sulitnya sinyal memaksaku untuk keluar rumah untuk pesan supaya dia membelikan mie ayam untuk janjiku pada jikah untuk makan bareng. Posisi saat itu tidak memungkinkan aku ajak keluar. Dan alhamdulillah amenk mau membelikan walaupun dia mau pulang dulu kerumah karena membawa barang yang enggan dia sebutkan nama barang yang dia bawa. setelah itu baru dia belikan pesananku. Ya aku amini saja.

Setelah agak lama berbincang bercanda ma jikah, amenk datang dengan kardus besar bersama bedor yang agak sedikit lusuh mungkin karena kecapean.

“ndan, sue ya..?” sapa amenk yang melepaskan sepatunya diluar rumah.
“iya lumayan lah, lha awakmu tuku opo iku?” sambil telunjukku mengarah kardus yang dibawa bedor.
“aku beli TV baru ndan, mangkane sui ndan.” Jawab amenk sambil masuk kedalam, agak canggung dia melihat jikah
“kenalke ki menk, kamu belum kenal kan? Ini Najikah lho menk, yang besok mau akad ma aku...hehe.....” candaku

Jikah pun hanya tersenyum getir

“owh, udah lama ya mbak.? Ya wis tak masuk kedalam dulu mbak, y wis bincang-bincang ma tamam di nikmati saja” kata amenk diikuti bedor yang berlagat seperti gak melihat kami berdua.
“dooorrrrr,,,, piye kok meneng ae ki lho...” sapaku.
“hehe...gak papa mas, tak kedalam dulu mas.” Jawab bedor

Tak selang lama ibunya amenk menghampiri kami dari dalam memberi minuman es unuk menghormati tamuku, padahal ketika itu ibu nya amenk belum kenal siapa tamu itu, tapi dia mau memberi perhatian seperti tamu anaknya sendiri. Ini yang membuat aku salut dan ini yang selama aku cari dikeluargaku yang tidak ada. Kalo ada teman ya, nyari cemilan sendiri, bikin minuman sendiri, wis pokoknya hampa. Kadang untuk makan dan sarapan harus masak sendiri. Dirumah hanya nyediain bahan mentah untuk dimasak sendiri, karena ibuku tidak sempat. Yah sejelek-jeleknya keluargaku itu keluarga terbaiku juga, yang membesarkanku walaupun kehampaan itu terasa banget.
“monggo mbak di unjuk Cuma air putih niki” kata ibu amenk mempersilahkan jikah untuk minum sambil meletakkan teko dan dua gelas dalam satu nampan hijau.
“monggo mbak..” ibu amenk mepersilahkan.
“nggeh mbuk, kok repot-repot to bu.” Jawab jikah berbasa-basi denga snyum manisnya kala itu.
“mboten nopo-nopo kok, tak ngrampungke kerjanan sik ya mbak.. ya wis dinikmati” lanjut ibu amenk dan berlalu kedalam.

Aku hanya senyum dan melihat ketakjuban sisi keibuan ibunya amenk yang selama ini aku rindukan dirumahku sendiri.

“ayoo.. kah minum ya,,, tak tuangin ni, diminum lho, udah dibuatin ma ibu jangan sampe dimubadzirkan seperti kemarin dirumahku.” Pintaku sambil menuangkan air es kedalam dua gels itu.
“nggeh kang.” Jawabnya

Tak berselang lama setelah amenk selesai menyeting TV barunya dia keluar untuk membelikan pesananku dua mie ayam untuk aku dan jikah.
“ndan, tak berangkat dulu ya.” Kata amenk sambil berlalu keluar menstater kendaraannya.
“yak,,, sipp...” jawabku.

Tidak banyak aku membicarakan perasaan walaupun jikah masih sering melamun. Aku alihkan perhatiaannya dengan senda gurau biar dia tidak terbawa keadaan. Walauupun hatiku juga merasakan hal yang sama berat aku rasakan dan enggan melepaskan.

Saat amenk pulang dan membawa pesananku. Jikah kaget karna gak menyangka sebelumnya. Mungki dia menganggap omonganku hanya gurauan.

“hanya ini kah yang aku bisa berikan, untuk kita bisa makan bersama mie ayam seperti dulu, walaupun ditempat ini dan nggak di warungnya langsung. Demi kebaikanmu dimasa ini.” Kataku.

Dia hanya diam dan aku bergegas untuk mengambilkan piring dan sendok untuk kita makan bersama diruang tamu. Dia sebenarnya gak mau tapi memang aku paksa agar dia juga makan karna dia jarang makan dan tidurpun enggan setelah ketemu denganku selasa kemarin. Aku pengen dia sehat di akad nikahnya besok. Walaupun aku juga sebenarnya malas juga untuk makan. Aku awali deh untuk makan mie dengan lahap. Walaupun sebenarnya aku pengen mutah karena nafsu makanku sebenarnya sedang buruk juga waktu itu.

“habiskan lho kah, biar besok kamu kuat,” ujarku

Dia hanya tersenyum...

Setelah semua selesai, walaupun gak dihabiskan aku netralkan meja , semua piring dan sendok aku bawa ke dapur. Dan waktu juga udah ashhar, apalagi aku juga harus ke makam aku kembali ke ruang tamu menemui jikah ditemani senandung lagu five minutes “aku dan kamu”

Mencoba mengambil nafas panjang aku beranikan bicara.

“karna ini sudah sore kah, apa lagi kamu juga pastinya ditunggu dirumah, aku minta maaf atas semua kesalahanku, bukan bermaksud apa-apa. Aku minta keikhlasanmu untuk yang terakhir sebelum besok kamu akad” aku terdiam sejenak memandang reaksi jikah yang menundukkan kepala dan terisak tangisnya.

“aku gak akan memlukmu lagi, aku tidak akan mencium keningmu lagi seperti kemarin, karena ini sudah batas yang harus aku jaga demi kebaikanmu dan juga demi kebaikanku. Maaf.... ini harus aku lakukan biar kamu kuat untuk kebaikanmu dan aku hanya berpesan cintai suamimu seperti kamu mencintaiku apa adanya.”

Seketika dia menangis sejadi-jadinya ingin aku memeluknya untuk yang terakhir tapi aku juga tau batas kewajaran disini ku biarkan dia menangis sendiri dan akhirnya.

“ya udah kang, karena waktu udah sore, sampean juga harus ke makam buat yasinan juga, aku tak pulang dulu kang, trimakasih untuk semuanya.” Jawab jikah dari tangisnya dan masih terasa getir yang mendalam dalam hatinya yang tersa sangat dalam dihatiku.

Dia pun beranjak berdiri dan pamit ma ibu amenk dan aku mengantarnya sampai ke halaman rumah. Sewaktu dia ingin menstater motorny aku ajak dia untuk berjabat tangan.

“hati-hati dijalan ya kah, trimakasih banyak lho kah.” Kataku untuk dia agar supaya lebih tenang.
“iya kang, dan ini kang terima ini sebagai kado terakhirku kang, aku berterimakasih atas semuanaya kang.” Sambil ia mnyerahkan kado yang diletakannya dibagasi motornya.
“lho....?!apa ini,,, emange aku ultah?”kelahku
“gak kang, sebenarnya aku ngeyel untuk ketemu hanya lima menit saja untuk ini kang. Biar hatiku lega. Ini sebenarnya kado sewaktu dulu yang harusnya aku berikan disaat sampean ultah dulu kang, tapi sampean gak mau maen untuk sekedar aku memberikan kado ini. Dan selama tiga tahun ini masih aku simpan karena aku percaya pasti kita akan bertemu kang, walaupun sekarang di tempat dan waktu yang berbeda. Terima ya kang.....” Pinta jikah sambil mengulurkan kado itu.
Aku hanya diam. Dan diraihnya tanganku untuk menerima kado itu.
“trimakasih kang. Besok aku tunggu sampean kang di pernikahanku. Pokoknya harus dateng, Assalamualaikum” pamit jikah.
“walaikumalam warahmatullah” jawabku yang masih setengah gak percaya.

Masih ku pegang erat kado itu dan aku berjalan gontai menuju teras rumah amenk dengan perasaan yang sulit di mengerti dan dipercaya kalo dia harus pergi.

Kenapa aku bertemu dia di waktu yang salah, Disaat dia akan menjadi milik orang lain besok pagi.

Belum berani aku membuka kado itu. Aku pengen amenk yang membuka tapi dia gak mau. Adik-adiknya pun sam enggan membuka karena mereka anggap itu spesial untukku dan harus aku sendiri yang membuka itu.

Selepas sholat ashar dan kemakam. Aku pulang ke rumahku dengan keadaan lemas dan persaan tidk percaya semakin membuat dada ini terasa sesak tanpa bisa melakukan apa-apa.

Kumandag adzan magrib mengisyaratkan para umat untuk mengingat Tuhannya menghantarku pada titik kepasrahan. Selepas sholat maghrib keberanikan membuka kado diruang tamu rumahku.

Aku terperanjat melihat isi kado itu adalah sebuah sajadah merah hati teruntuk Muhammad Arif Tamami, lelaki yang menyakiti perasaan orang yang tulus mencintainya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tanpa syarat. Dan parahnya lagi menyiksanya selama tiga tahun ini..

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku gak kuat dengan rasa ini. Tuhan memang maha adil dengan segala kuasaNya. Memberikan sebuah ending yang memang diluar nalar manusia. Memberikan nilai disaat mereka terlupakan oleh sesuatu yang fana.

Aku tersadar dengan kengeyelannya najikah yang memperjuangkan cintanya sampai detik terakhir tidak dengan kengototan tapi dengan kelembutan dan pasrah kepada kekuatan Sang Pencipta. Keyakinan gak harus diperjuangkan dengan cara perang, tapi keyakinan harus tetap diperjuangkan dengan sekuat tenaga sesuai kapasitasnya.

Najikah tidak memiliki kapasitas untuk ngeyel kerena sifat bawaanya yang memang pasrah. Tapi dia tidak lupa akan imannya secara ikhlas dia terus berusaha dengan segala kebodohannya dan kegilaannya.



Tak satupun yang bisa

Menggantikan dirimu

Namun kau takkan mungkin bersamaku

Sayang ku tak kan bisa

Temanimu selamanya

Karna aku telah bersama dirinya

Aku dan kamu

Hanya bisa bersama saat ini

Karna aku tlah ada yang memiliki

Aku dan kamu

Tak kan mungkin

Terus bersama selamanya

Mungkin nanti di waktu dan tempat berbeda


Lagu five minutes “aku dan kamu” layaknya aku disitu adalah kamu dan kamu disitu adalah aku, karena kamu tlah ada yang memiliki.

Trimakasih najikah,,,,,,,,,,,,,,


Trimaasih banyak atas pembelajaran ini.........................


Aku yang bodoh ini hanya bisa meminta maaf atas segala kesalahanku.........................


Aku minta maaf.......setulusnya aku minta maaf...............air mata ini untukmu..............................


Aku Dan Kamu Dalam Sajadah Merah Hati........



---@<3<3@---


LihatTutupKomentar

Iklan