Iklan

Aku Meminta Dengan Sangat


Aku sangat lega, setelah menanti beberapa lama aku menyimpan beberapa lama kado untuk Nada yang memang sudah aku niati untuk hadiah untuknya dan juga salam perpisahan tak lupa sebagai ungkapan trimakasih atas segala pembelajaran serta iman yang aku dapat setelah mengenalnya dan juga keluarganya.

Tepat hari itu Jumat, sehari selepas dia pulang dari pondok.Aku menitipkan sesuatu yang telah lama aku simpan sebagai tanda trimakasihku kepada Nada. Kebetulan Alim, tetangga Nada sekarang bantu-bantu rumahku yang entah berantah karena semua keluargaku disibukkan dengan urusan masing-masing. Bapak dengan tokonya, Ibu dengan tugasnya yang merangkap sebagai ibu rumah tangga sekaligus mbantu Bapak di toko.

Tepat jam menunjukkan jam 10 pagi aku bangun setelah semaleman gak tidur karena di bingungkan oleh remaja yang sedang mbalelo karena ngeyel akan sesuatu hal yang sudah disepakati. Penat rasanya waktu itu. Serasa dunia mau kiamat tapi itu semua sudah menjadi konsekwensiku sebagai ketua Remaja Mushola.

Aku kaget waktu itu jam segitu Alim udah berkeringat menata rumahku yang berantakan.

"Lim, udah dari tadi? tanyaku padanya yang sedang menyapu.

"Iya, Mas" jawabnya singkat.

sambil aku berjalan ke kamar mandi tiba-tiba saja aku teringat sesuatu yang menggusarkan pikiranku. Ini sudah tanggal tua bulan Ramadhan, pastinya Nada udah pulang dan kebanyakan orang yang mondok sudah selesai dan libur untuk pulang kampung masing-masing santri. Aku keinget ma kado bingkisan yang selama ini aku simpan di lemari kamarku

"Nada, pasti udah pulang" nyletukku dalam hati.

selang beberpa menit aku dikamar mandi, aku bergegas nemuin alim lagi yang sekarang nyapu di teras belakang rumah.
"Lim, Nada udah pulang?" tanyaku.
"Udah Mas, kemarin sore di jemput sekeluarganya, sekalian mampir ke kudus njenguk mantan istri kakanya."
"Ow,, Berarti sekeluarga ya?"
"Iya."

Benar dugaanku, Dia sudah pulang.

Selang beberapa menit aku tertegun dan menatap kosong.

"Aku mau titip sesuatu boleh, Lim?" spontan tanyaku yang mengagetkan Alim yang sedang menyapu.
"Apa, Mas?"
"Aku minta tolong, aku punya bingkisan buat Nada yang udah lamaaaaa banget aku simpan"

Alim diam, hening sejenak. Seolah mendengar petir diteriknya matahari.

"Gak ada maksud apa-apa, Lim. Ini hanya sebagai ucapan trimakasihku yang mendalam buat Dia. Aku gak in gin kejadian yang terjadi padaku yang kamu baca waktu itu di blogku terulang lagi." sahutku memecah keheningan.

Alim, kebetulan sudah pernah membaca postinganku "Aku Dan Kamu Dalam Sajadah Merah Hati", dimana aku menceritakan sebuah pengorbanan dan juga cinta yang terpendam dalam harapan yang kosong dan aku sia-siakan.
"Aku tidak ingin terulang lagi kisah traumaku. Aku sadar, Aku ini siapa sih? Aku hanya berandalan yan menginginkan cinta yang semu dari seorang yang Ningrat dalam hal agama." lanjutku.

Alim hanya menatapku kosong dan menghentikan sejenak ayunan sapu lidi di tangannya. Alim terlihat sedikit mengambil nafas panjang dan dia mencoba mendengar perkataanku sambil duduk memperhatikanku.

"Mau kan Lim?" Tanayaku.

"Insyaallah Mas," jawabnya.
"
"Ini pasti lho Lim, sebenarnya kado ini aku pasrahkan ma Anas, tapi berhubung dia juga lagi sedang sibuk-sibuknya Kerjaan, Aku titip ma Kamu."
"Lha, nanti kalo Dia gak mau nrima gimana Mas?
"Ya, gak papa, yang penting aku udah gak ngelihat bingkisan itu lagi, dan sekaligus aku pengen pamit dari kehidupan Dia. Aku sadar selama ini aku mengganggu konsentrasi dia dan juga aku sadar betapa Bodohnya Aku terkesan memaksa. Padahal, cinta yang sejatinya kan adalah Menyangangi."


---@<3<3@---

"Ya, gak papa, yang penting aku udah gak ngelihat bingkisan itu lagi, dan sekaligus aku pengen pamit dari kehidupan Dia. Aku sadar selama ini aku mengganggu konsentrasi dia dan juga aku sadar betapa Bodohnya Aku terkesan memaksa. Padahal, cinta yang sejatinya kan adalah Menyangangi."

---@<3<3@---

Alim hanya diam seribu bahasa mendengar itu semua.

"Aku sadar aku ini Sahaya yang menginginkan Pelita yang menyinari gelap palung hati ini yang berlumur dosa. Aku tidak ingin kisah Najikah terulang dikisahku ini. Ras manisnya Iman ini setelah aku mengenal dia sudah lebih dari cukup. Keluargaku yang dulu gak seperti ini, sempet lupa akan sejatinya hidup itu harus ingat. bisa memakai sarung dan peci lagi, menata kembali kekonyolan dalam manajemen rumah tangga juga karena belajar dari kehidupan Nada yang memberikanku banyak pembelajaran lantaran ketemu Dia"

"Pastinya ada maksud lain Tuhan mempertemukanku dengan Dia. Dan Kamu jangan khawatir tentang penolakan dia. Itu semua udah kebaca kok. Aku hanya ingin berterimakasih. Itu saja."

"Ya, mas akan ku coba."

"Tapi biasanya ntar paling gak dia pakai Mas, setiap pemberian orang pasti dia gak memakainya" Lanjut Alim
"Gak papa, meu dia simpan mau dia bakar, atau nanti malah dikasihkan ma kamu gak papa. yang penting sampai dan itu sudah cukup bagiku. Lucu kan, kalo kejadian dipostinganku terulang lagi. dan aku akan menunggu undangan nikahnya dia entah dengan siapa dan pasti aku akan datang" sahutku sambil tersenyum.

"Iya, Mas. Akan aku usahakan."

"Oke, nanti kamu sore kesini lagi to. tak beli kertas kado dulu. Ntar kamu bawa deh dan sampaikan ma Dia."
"Oke" sahut Alim.

Lega juga akkhirnya Alim mau bantu Aku.sadar ini sudah menjadi konsekwensiku. aku hanya ingin pamit dengan cara ekstrimku dalam mengekspresikan sebuah rasa yang ingin aku bingkai dalam - dalam.

Tanpa terasa waktu aku begitu singkat. Kumandang Adzan Jum'at sudah terdengar dari Masjid dan membuatku bergegas untuk melaksanakan kewajibanku Sholat Jum'at di hari jum'at terakhir di bulan ramadhan ini.


LihatTutupKomentar

Iklan